“Kami pilih nama Rukun karena ada di tengah perkampungan warga yang banyak anak-anak dan warga yang berlalu lalang. Di sini juga masih hangat tradisi lokalnya, rapat dan lomba sesama warga. Yo ra pantes wae kalo kami pilih nama kebarat-baratan hahaha”, ujar anak lelaki Ibu, menjawab pertanyaan saya kenapa kedai ini diberi nama Rukun.

Begitu kira-kira suasana yang menggambarkan Kedai Rukun, letaknya di tengah perkampungan warga. Walaupun lokasinya tidak di pinggir jalan raya, tapi Kedai Rukun bisa ditemukan di google maps. Sepertinya memang lebih baik naik motor atau sepeda supaya bisa parkir persis di depan pintu Kedai.


Dari tahun 2018, Kedai Rukun menyuguhkan kopi dan makanan lokal buat para pengunjung. Minuman kopi buatan mereka diracik oleh anak lelaki Ibu yang memang seorang barista berpengalaman. Biar tak hanya menyuguhkan minuman, mereka menyajikan masakan lokal dari dapur Ibu.


Mungkin masakan-masakan yang tertulis di kertas daftar menu dan etalase kaca warung terlihat biasa saja, bisa kita temukan di warung lain. Tapi, menu masakan Ibu punya memory. Setiap hari Ibu menghidangkan beberapa menu utama seperti brongkos, bakmoy ayam, sayur lodeh dan telur, ayam bakar, ayam goreng dan ayam gepuk.

Seperti dalam semangkuk brongkos yang menjadi menu favorit alm. bapak dan anak-anak sedari kecil. Ibu selalu memasaknya di hari Minggu, di mana semua keluarga berkumpul di rumah. Karena anak-anak Ibu kurang begitu suka kacang merah dan melinjo, Ibu sedikit memodifikasi. Semangkuk brongkos hangat buatan Ibu berisi telur bebek, tahu magel, tahu plempung dan tetelan daging sapi dengan kuah santan coklat kental. Rasanya? Enak! Warna kuah yang coklat dan kental ini bukan manis, tapi gurih.

Semangkok bakmoy ayam yang jadi primadona di kedai adalah salah satu doa mereka beberapa tahun lalu yang Tuhan kabulkan. Kalau punya warung, alm. Bapak ingin bakmoy buatan Ibu yang enak ini jadi menu utama. Walaupun saat itu Ibu masih belum percaya diri kalau masakannya dibeli banyak orang. Ternyata bakmoy buatan Ibu jadi obat rindu buat banyak orang. Ada keluarga kecil yang selalu berkunjung ke kedai setiap akhir pekan dan selalu memesan bakmoy karena rasanya persis buatan Neneknya. Jangan khawatir, bakmoy di kedai halal karena Ibu menyajikannya dengan potongan daging ayam yang jumlahnya tidak pelit, telur ayam bulat masak kecap yang sudah dibelah dua biar tidak menggelinding pas kita potong, kuah kaldu yang gurih, dan nasi putih yang ikut bercampur dalam kuah biar kita kenyang. Must try!

Sayur lodeh buatan Ibu enak banget! Kuahnya gurih dan sedikit pedas karena ada potongan cabai merah dan ijo besar. Kalau di menu ditulisnya nasi sayur ndeso dan telur keriwil. Jadi nanti yang akan datang ke meja, semangkuk lodeh isi potongan labu dan tahu, nasi bertabur bawang goreng dan telur dadar kriuk. Dijamin kenyang!

Selain menu-menu utama yang wajib hadir tiap hari itu, Ibu juga suka masak menu dadakan yang hadir hanya hari tertentu. Menu dadakan selalu ditulis di papan tulis mini di pintu masuk. Akan ada sapaan hangat bagi mereka yang sudah sering datang, “Masak apa Bu hari ini?”. Seperti kita kalau lapar dan nanya ke Ibu di rumah. Ibu suka mendadak masak rawon, tuna kemangi, kupat gulai iga, sego manten, soto ayam, gado-gado, ayam bumbu rendang, pindang kemangi dan masih banyak lagi.
Dengan konsep bisa menghadirkan makanan lokal dan kopi dalam satu meja, Kedai Rukun juga punya menu kopi. Ada pilihan kopi warga tubruk, kopi akamsi saring, es kopi tropis dan es kopi susu ndoro. Minuman di lain kopi ada teh cakruk, jeruk nipis, teh jeruk, tape biasa dan tape susu yang bisa kita pilih dingin atau hangat. Sambil menunggu makanan datang ke meja, bisa jajan snack yang ada di meja dan rak di pintu masuk.


Ibu bilang, semenjak pandemi ini belum bisa masak banyak menu. Ibu pilih yang cepat dan ringkas saja. Jam buka kedai juga dipangkas, buka dari jam 17.00 sampai 21.00. Masih bisa bersenja di kedai sambil menyantap masakan Ibu. Tapi jangan lama-lama, biar yang lain kebagian tempat dan bisa menikmati masakan Ibu juga. Jangan lupa cuci tangan di pintu masuk dan tetap physical distancing, ya!
“Semoga merukunkan semua yang tidak rukun” -Kedai Rukun